2 Love Language yang Kecil Peluangnya Jalin Hubungan Langgeng

love language

Bahasa cinta atau biasa disebut love language

adalah cara seseorang menyatakan dan menerima kasih sayang. Seringkali, perbedaan dalam bahasa cinta dapat memiliki tantangan tersendiri dalam menjalin hubungan yang langgeng.

Salah satunya terjadi pada pasangan dengan love language words of affirmation dan acts of service. Kata ahli, dua kategori bahasa cinta itu membutuhkan lebih banyak usaha dalam menjalin hubungan yang bahagia dan berlangsung lama.

“Words of affirmation dan acts of service seringkali tidak sejalan karena mereka lebih fokus pada pembicaraan dan tindakan.” Begitulah kata Rabbi Shlomo Slatkin, seorang konselor dan pendiri The Marriage Restoration Project, seperti dilansir News Week.

Slatkin juga menambahkan, ketika dua orang dengan love language tersebut menjalin hubungan, mereka cenderung kesulitan menyatukan preferensi bahasa cinta masing-masing. “Beberapa orang menginginkan kasih sayang dan rasa dihargai secara verbal dan menganggap tindakan biasa saja tidak cukup.”

Baca juga:

Ramalan Zodiak 31 Agustus 2023

“Sebaliknya, satu pasangan menginginkan tindakan dan menganggap kata-kata saja belum cukup. Kondisi itu bisa menimbulkan konflik dalam hubungan,” kata dia.

Meski dua bahasa cinta itu berpotensi mengalami banyak konflik, tapi untuk memiliki hubungan yang bahagia dan langgeng, pasangan cuma perlu tidak gampang kecewa dengan ketidakcocokan yang dialami.

Menurut Sejal Mehta Barden, Direktur Eksekutif dari Marriage and Family Research Institute di University of Central Florida, masing-masing pasangan harus bisa membaca situasi dan perasaan pasangannya. “Contoh mudahnya seperti salah satu pasangan yang memiliki love language quality time dan pasangan lainnya memiliki bahasa cinta sentuhan fisik.”

“Pasangan dapat dengan mudah menggabungkan keduanya dengan memiliki waktu berkualitas, atau menonton film. “Lalu, memastikan bahwa kita tidak duduk di kursi yang terpisah, melainkan di sofa yang sama demi melakukan kontak fisik pada saat bersamaan,” kata Barden. 

Kemudian pakar hubungan lain, Andrew Bland, profesor psikologi dari Universitas Millersville di Pennsylvania, mengatakan, pasangan juga harus bisa mendiskusikan kebutuhannya masing-masing.  Ini dapat dilakukan sebagai upaya untuk dapat memahami cara menghabiskan waktu bersama dengan membuat keduanya merasa saling mencintai dan dicintai.

“Yang terpenting adalah sejauh mana masing-masing pasangan berkomitmen untuk menerima pasangan apa adanya.” “Dengan demikian, saling melengkapi dapat membantu pasangan menjalin hubungan yang lebih baik,” ujar Bland.


Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *