Sering Mimpi Buruk Bisa Jadi Tanda Stres?

Stres

Stres berkepanjangan memang bisa berpengaruh pada kesehatan tubuh secara keseluruhan, termasuk pada pola tidur kita. Selain tidak bisa tidur, ternyata ada

beberapa tanda lain yang menunjukkan bahwa kita sedang menghadapi stres kronis:

1. Insomnia

Seseorang yang insomnia akan mengalami kesulitan tidur atau pun tidur nyenyak. Kurang tidur pada akhirnya akan memperburuk stres karena kita jadi lebih cemas atau pun mudah tersinggung. Penelitian juga menunjukkan ada kaitan antara insomnia dengan peningkatan risiko stroke. Baca juga: 5 Gejala Dini Insomnia, Kenali Sebelum Terlambat

2. Mimpi buruk

Jika seseorang mengalami gangguan saat tidur, setidaknya ada dua penyebabnya. Pertama adalah faktor fisik, seperti nyeri kronik atau gangguan tidur sleep apnea. Penyebab kedua adalah faktor psikis, misalnya saja stres, kecemasan, hingga depresi.

“Ketika seseorang sering mimpi buruk, hal pertama yang kita pikirkan adalah apakah ini disebabkan karena dua penyebab itu,” kata dokter kesehatan tidur Daniel Barone. Ia mengatakan, seringkali mimpi buruk disebabkan karena faktor mental. Misalnya saja ketika kita sedang sedih karena kehilangan seseorang atau memiliki trauma.

Meski begitu, stres dalam kehidupan sehari-hari, seperti sedang mempersiapkan diri untuk acara pesta atau presentasi penting esok hari, juga bisa memicu mimpi buruk.

3. Mengigau atau berjalan sambil tidur

Psikolog klinis Phil Gehrman mengatakan, ada gangguan tidur yang disebut parasomnia yang biasanya dipicu oleh stres. Misalnya saja mengigau, berjalan sambil tidur, bahkan makan sambil tidur.

“Kita yang mengalaminya mungkin tidak akan meyadarinya, tapi jika ada pasangan tidur, mereka akan memberi tahu kita. Segeralah berkonsultasi ke dokter,” sarannya.

4. Susah tidur nyenyak

Baca juga:

Psikologi seorang yang hidup jadi anjing

Ketika otak kita disibukkan oleh berbagai pemikiran, kita pun akan sulit mencapai tidur nyenyak atau dalam. “Jika kita tidak bisa masuk ke fase tidur dalam, kita akan berjaga sepanjang malam. Kita juga tidak bisa mendapat manfaat istirahat restoratif karena tidur yang kurang nyenyak,” kata Gehrman.


Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *